Selasa, 08 Januari 2013

jagoan brow


Namanya jagoan mesti punya banyak julukan. Si tendangan maut, si jotosan berantai atau malah si botak berambut panjang. Nah, ini juga berlaku buat sang legenda C-70. Motor ini punya banyak julukan. Tiap daerah berbeda-beda.
“Semua ada artinya,” cetus Sumartono. Doi sesepuh Perkumpulan Sepeda Motor Honda (PSMH) C-70 Surabaya. Kita sisir dari daerahnya dia. Di kota Pahlawan, C-70 punya dua gelar si Ulung dan Kuntul. Keduanya mengacu pada setang C-70. Ulung, nama lain elang, dan Kuntul sejenis bangau. “Kemudi C-70 kan mirip bentangan sayap elang dan bangau,” dalih pria 61 tahun itu.
Geser ke barat, Kediri. Di kota rokok itu, setir pun jadi acuan. Kali ini berngaran Kalong, mungkin karena punya sayap mirip kalong.
Sedangkan di Madiun, sebutan C-70 masih sekitar bebek. Tapi, “Karena C-70 kecil, jadiMinthi. Maksudnya, anak bebek,” enteng Mbah Tomo.
Di Ponorogo, C-70 berganti nama jadi Sungu. Arek kota reog mengibaratkan setang C-70 seperti tanduk kerbau. Lha boso jowone tanduk itu sungu.
Nyebrang dikit ke pulau garam, Madura, namanya lain lagi, yakni Belalang. “Saya ndak ngerti maksudnya apa,” jujur Mbah Tomo. Mungkin lantaran lampunya yang belok kayak mata belalang. Ini baru hipotesis, ceile….Kalau salah, mohon dipersori, silaken direvisi.
Sampai di Pulau Dewata, di kolom nama KTP C-70 tercantum ‘Seven Jeblok’. “Mungkin karena pengaruh luar negeri. Seven, bahasa Inggris artinya tujuh. Sedangkan jeblok, bermakna nol,” timpal Sugeng Purwanto, humas PSMH.
Terakhir, nama paling beken, yaitu si Pitung. Pitung jadi sebutan nasionalnya. Kasak-kusuknya, Pitung itu plesetan dari ‘pitung puluh’. Lagi lagi bahasanya orang Jawa, artinya tujuh puluh.
Agak ke Barat, di Bekasi panggilannya Klenci. Apaan tuh? Jangan bingung, itu cara orang Bekasi mengucapkan Kelinci.
Khusus di Jakarta julukan Pitung terasa pas. Kebetulan jagoan legenda orang Betawi, Bang Pitung. Ner gak? Ner dong.